Kamis, 09 Juni 2011

kisah sukses

Martha tilaar membangun istana kecantikan dari garasi
Jangan pernah meremehkan sebuah panggilan hati, meski itu bertentangan dengan apa yang menjadi sikap keseharian kita! Itulah yang terjadi pada sosok Martha Tilaar. Barangkali, melihat kiprah perempuan yang masih terlihat segar di usia yang tak lagi muda ini pasti kita membayangkan masa mudanya tak bakal jauh dari urusan seputar kecantikan? Pastilah ia berhubungan erat dengan keelokan, keanggunan, dan kemolekan ala kraton Jawa yang terbentuk baik dari sikap maupun penampilan.

Ternyata, masa muda perempuan kelahiran kebumen, jawa tengah,4 september 1937 ini jauh dari kesan cantik dan anggun. Malah, ia tumbuh jadi gadis tomboy, lincah, bahkan bandel. Ia sangat tidak suka merawat diri jika dibandingan dengan saudara-saudaranya. Bayangkan, hobinya main layang-layang dan berenang di sungai! Karena itu, kulitnya jauh dari kesan mulus dan bahkan rambutnya pun memerah. Ibunda Martha muda sering menegur dirinya agar berpenampilan layaknya seorang perempuan.

Masa remajanya, Martha mengambil kuliah jurusan sejarah di IKIP Negeri Jakarta. Sejak lulus tahun 1962, ia kemudian mengajar sejarah. Profesinya sebagai guru membuat dirinya makin sering diperingatkan sang bunda untuk berpenampilan lebih layak di depan murid-murid. Akhirnya, ia lantas dipaksa untuk ikut les kecantikan. Konon, diantar sang ibu ia belajar tata kecantikan ke Titi Purwosoenoe. Rupanya, di sinilah jiwa perempuan Martha terpanggil. Entah siapa yang memengaruhi, atau entah itu merupakan panggilan hati, Martha mulai jatuh cinta dengan dunia kecantikan.

Maka, saat sebuah kesempatan menghampirinya, Martha pun menyempatkan diri belajar kecantikan di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Saat itu, ia mengikuti tugas belajar suaminya ke Amerika. Dari hasil pendidikannya, ia kemudian membuka praktik salon. Ia terjun ke lapangan sendirian untuk mempromosikan usahanya. Mulai dari masuk kampus-kampus, hingga mendatangi ibu-ibu yang ikut suami tugas di sana. Martha juga menyempatkan diri melamar bekerja sebagai salesgirl produk kosmetika Avon. Setiap sore ia keluar masuk asrama mahasiswa dan mengetuk pintu untuk lalu berteriak lantang, "Avon Calling!"

Dari sini, jiwa wirausahanya terus bergolak. Maka, sekembalinya ke Indonesia, ia pun memutuskan membuka salon. Karena belum mempunyai rumah sendiri, garasi rumah orangtuanya jadi laboratorium usaha yang ia beri nama "Martha Salon". Di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter daerah Menteng Jakarta itu, tepat pada tanggal 3 Januari 1970, menjadi hari bersejarah penentu arah hidup Martha Tilaar. Di sana, ia mulai membuat produk-produk kecantikan dari bahan alam dengan nama Sariayu Martha Tilaar, merek yang jika diartikan "Sarinya Wong Ayu".

Dari garasi itulah, perjalanan bisnis Martha Tilaar teruji dengan berbagai hal. Meski produknya mulai diterima oleh banyak orang, ia sempat ditolak saat hendak menyewa beberapa mal dan plaza terkemuka di Jakarta. Produknya dianggap tidak memiliki image berkelas.

Martha Tilaar lantas menjawab tantangan tersebut dengan mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar pada kisaran Mei 1995. Tepatnya di daerah Kuningan Jakarta Selatan, ia membuat gerai jamu dan kosmetika Sariayu. Berkat perjuangannya, gerai tersebut mampu berkembang dan bahkan punya cabang di kota-kota besar lain di Indonesia. Usaha yang kini dinamai Martha Tilaar Group berkembang dengan sekitar 11 anak perusahaan dan mampu mempekerjakan setidaknya 6000-an orang.

Kini, dengan kesuksesannya, ia mendirikan Yayasan Martha Tilaar untuk mendidik kaum perempuan tentang kecantikan. Yayasan ini bertujuan mendidik kaum perempuan agar mempunyai keterampilan tentang kecantikan hingga bisa jadi modal saat terjadi krisis seperti pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kisah perjuangan Martha Tilaar dari nol hingga menjadi sukses luar biasa patut diteladani oleh siapa saja. Kekuatan tekad untuk mendobrak tantangan yang ada adalah inspirasi bahwa siapapun yang mau berusaha dan berjuang, pasti akan menemukan jalan keberhasilan.

Alasan saya memilih martha tilaar adalah karena semangat beliau untuk membangun sebuah salon dengan tempat yang sangat terbatas dan kegigihan beliau untuk ikut mempercantik perempuan indonesia.sampai menjadi sales girl di produk kecantikan,maka dari itu kita bisa mencontoh dari kisah diatas,bahwa untuk menjadi sukses itu tidak mudah harus mempunyai tekat,niat serta usaha yang keras pula.

cita-cita

Cita citaku

Sejak kecil saya sangat tertarik untuk menjadi seorang pramugari,karena menurut saya pramugari adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan karena bisa keliling indonesia,bahkan bisa keliling dunia,tapi untuk menjadi seorang pramugari bukanlah hal yang mudah karena selain cantik dan mempunyai tubuh yang bagus seorang pramugari juga harus pintar berbahasa asing.
Saya sangat terobsesi menjadi pramugari,saya berusaha belajar serius dan berusaha untuk selalu mendapat rangking 3 besar disekolah,namun suatu hari saat saya duduk di bangku kelas 4 sd,orang tua saya mengenalkan saya dengan olahraga,yaitu tenis meja.orang tua saya bukanlah seorang atlit,namun mereka ingin melihat salah satu anaknya menjadi atlit nasional.maka dari itu saya dimasukkan ke salah satu club tenis meja di kota kami.
Pertama kali saya melihat tenis meja,saya langsung beranggapan tenis meja adalah olahraga yg sangat membosankan,dan saya tidak tertarik dengan olahraga tersebut.tetapi orang tua saya terus menerus mengajak saya untuk berlatih tenis meja,dan akhirnya saya mengikuti keinginan kedua orang tua saya.awalnya saya sangat benci dengan tenis meja,namun semakin hari saya semakin penasaran dengan olahraga ini,dan akhirnya saya pun mulai menyukainya,berlatih tenis meja adalah kegiatan rutin saya sehari-hari setelah pulang sekolah.
Akhirnya pada saat saya duduk dibangku kelas 6 sd. Saya pindah ke jakarta untuk melanjutkan latihan tenis meja dan berharap suatu saat say bisa menjadi seorang atlit nasional yang bisa mengharumkan nama baik negara,sejak saat itu cita-cita saya menjadi pramugari lambat laun terlupakan dan akhirnya saya bercita-cita menjadi atlit nasional bahkan internasional.
Dan sampai saat ini saya masih terus berlatih untuk mencapai cita-cita saya untuk menjadi atlit nasional. Meskipun kadang orang bilang kalau menjadi atlit itu tidak akan mempunyai masa depan yang cerah,namun saya tetap bangga menjadi atlit,dan saya yakin suatu saat saya pasti bisa lebih sukses dari orang yang selalu menganggap remeh atlit.
Saya bangga menjadi atlit,karena tenis meja saya bisa mendapatkan beasiswa kuliah di gunadarma ini sampai s1,dan saya bisa membiayai hidup saya sendiri di jakarta tanpa harus minta kepada orang tua.
Karena tenis meja juga saya bisa keliling indonesia,bahkan bisa sampai keluar negeri.saya yakin suatu saat saya bisa menjadi atlit nasional dan bisa membahagiakan orang tua saya dengan prestasi saya..dan saya yakin jika suatu saat saya pasti bisa mendapatkan pekerjaan dari tenis meja.karena menurut saya tidak ada perjuangan yang sia-sia.Namun disamping itu saya tidak pernah melupakan pendidikan saya,sebisa mungkin saya selalu membagi waktu saya untuk latihan dan belajar,karena pendidikan sangat penting untuk saya.